Posted by: Heru Legowo | December 10, 2009

VANCOUVER (4)


Hari ke empat IATA 125th Slot Coordination Conference di Vancouver. Peserta sudah mulai tidak lengkap lagi, beberapa mungkin sudah pulang atau barangkali mencari kesempatan melihat Vancouver. Rekan kami Ervina dan Yuni sudah check out tadi pagi. Flight mereka harusnya besok siang, tetapi karena waiting list, maka mereka maju hari ini dengan Japan Airlines. Transit di Tokyo satu malam.

Pagi ini, masih seperti kemarin; kami mencoba bertemu dengan beberapa partner yang sekiranya dapat diajak bekerjasama. Kali ini kami datang ke Prolog Development Center dari Swiss yang mengembangkan Slot Coordination System. Finn Gronskov Managing Directornya menjelaskan panjang lebar. Mendengarkan kecanggihannya, jadi terpaku saja.

Dengan system itu untuk semua bandara yang sudah register dan menjadi anggota, maka semua posisi stand bandara dan waktu-waktu yang kosong dapat dibaca dan dimonitor, hanya dengan sebuah computer atau laptop. Seluruh bandara di dunia dapat dimonitor dan perubahannya real time. Canggih!

Berikutnya penulis sempat mampir ke booth Dallas Fort Worth International Airport (DFW). Petugasnya, Christoper D. Minner Assistant Vice President menjelaskan tentang bandara tersibuk ke tiga di dunia ini. Jumlah penumpangnya 60 juta/tahun dengan 7 (tujuh) runway. Wow! Menjawab pertanyaan penulis. Chris menjelaskan kalau n transit di DFW besok penulis terbang dari Vancouver ke Washington, pasti melalui Terminal D yang baru. Yeah, we’ll check it up man!

Peter W. Willemsen KLM

Kemudian penulis bertemu Peter W. Willemsen Scheduleplanner Asia and Pacific KLM. KLM akan terbang ke Bali tanggal 7 Desember yad. Semula hanya 3 kali seminggu; dan akan menjadi 4 kali seminggu. Penulis bilang ke dia : please do come to Bali, I’ll take you around, on the next first flight to Bali. Dia seneng banget, apalagi seteklah openulis beri sebuah kaset Tari Bali. Dia bilang : Do you still stay here? Wait a moment I’ll be back to bring my business card. Iya deh!

Berikutnya S.H. Saleem Manager, Airline Planning & Schedules dari Oman Air datang ke meja kami. Dia mencari informasi bagaimana caranya mendapatkan right untuk terbang ke Indonesia. Kami menyarankan; agar Duta Besar Oman mencari waktu dulu untuk bertemu dengan Menteri Perhubungan lebih dahulu atau Dirjen Perhubungan Udara. Berikutnya baru urusan kami-kami ini.

Siang harinya, kegiatan konferensi sudah mulai menurun. Pak Tenten dan Wieta sudah mulai berkemas-kemas, menyelesaikan segala sesuatunya. Sore nanti mau cabut duluan. Mereka akan pulang besok siang jam 11.30 dengan Japan Airlines. Sebelum pergi, penulis minta Wieta untuk mengkompilasi semua yang sudah dilakukan selama 3 hari ini, untuk bahan laporan. Sebentar selesai, dan langsung penulis email ke semua anggota tim Indonesia. Termasuk Ervina dan Yuni, mereka akan baca setelah tiba di Jakarta.

Grouse Mountain ditutup untuk ski terlalu berbahaya

Di sebelah penulis Syahrany petugas Malaysian Air Sistem keturunan India, masih sibuk dengan pekerjaannya. Penulis bertanya : sudah berapa lama ikut kegiatan ini. Dia bilang : 7 kali, dalam 5 tahun. Waa? Asyik dong? “Tak lah” dia menjawab. Capek! Wah, ini aneh sungguh. Ketika semua orang berlomba-lomba ingin keluar negeri, si Rani malah bilang bosan!. Barangkali karena sudah terlalu sering dia pergi. Tahun depan di Berlin, berikutnya di Melbourne. Rani nggerundel terus : mau pergi shopping, mahal amat, tak cukup uang awak. Lagipula di luar sejuk (dingin maksudnya!), tak nampak matahari sejak satu minggu ini, hehehe …  Emang !

Jam 4 sore Ahdi sudah check out dijemput temennya dan akan pergi jauh kira-kira 5 jam perjalanan naik mobil. Kalau besok nggak pulang penulis pasti ikut jalan. Saying nanti malam harus bersiap-siap packing.

Malam hari, hujan masih saja turun. Keluar sebentar untuk makan malam. Kali ini mencoba makanan India. A taste of Indian restaurant dengan lampu neon berwarna jingga, tertulis di depan sebuah restoran. Coba ah. Setelah melipat payung, mengibaskan jaket, penulis masuk. Sebentar kemudian, pelayan mengantarkan satu porsi nasi kambing ibrani dan segelas jus mangga. Lumayan dah.

Setelah selesai, pulang ke hotel. Berjalan sendiri dibawah hujan dengan payung kecil, dibalut jaket bertumpuk, tangan terbenam di saku jaket; pikiran penulis melayang … Dunia ternyata begitu luas. Semua manusia memiliki kesibukannya masing-masing. Di setiap sudut dan pojok bumi, mereka berkutat mempertahankan hidup dengan caranya masing-masing. Allah SWT sungguh Maha Besar … tidak terkira kemudahan dan nikmat dilimpahkanNYA, tapi kadang masih juga lupa mensyukurinya …

Besok melanjutkan perjalanan ke Washington. Kali ini sendirian tidak da teman seperjalanan. Selalu menarik dan memberi inspirasi ketika melihat negeri orang. Membandingkan, mencoba mengerti budaya, cara hidup, dan nilai-nilai yang dianutnya …

Salah satu sudut kota Vancouver

Semakin tahu, semakin merasa tidak tahu. Dan menyadari bahwa tidak mungkin kita raih semuanya. Kita hanya dapat memilih sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita masing-masing … seperti Frank Sinatra bilang dalam lagunya My Way : I ate it up, and I spit out … aku telan dan aku ludahkan (yang tidak dapat aku makan) … kita hanya akan mengambil apa yang mampu kita cerna. Begitu kalee …

herulegowo@yahoo.com


Responses

  1. Pengalaman yg sangat indah dan berarti bgt ya pak

  2. blog yg sangat menarik. Semoga selalu dipertahankan.
    Kalau jalan lagi, titip andriani & tingting diajak yachh
    Salam kami

    • Pak Is msh inget sama saya dan tingting…..terima kasih Pak
      Kapan kita bisa kumpul lagi ya….semoga Bpk sehat selalu…amin
      Salam buat ibu ya Pak.

  3. Wonderful Journey ^_^, wishing someday i’ll following you Sir ^_^,

    Wah Pak Ismaryono apa khabar Bapak,
    Terima Kasih masih ingat sama saya dan
    Andriani ^_^

    Salam untuk Ibu dan Keluarga semua
    Semoga selalu dalam keadaan sehat dan
    dalam lindungan Allah SWT selalu.


Leave a comment

Categories