Posted by: Heru Legowo | February 13, 2010

BANDARA NGURAH RAI PUNYA 2 RUNWAY


Bandara Ngurah Rai menjadi prasarana yang vital dan strategis bagi Bali dan juga Indonesia. Lebih 60% turis manca negara datang ke Bali dan Indonesia melalui bandara ini. Bandara dengan luas hanya 285 Hektar ini sebenarnya masuk dalam kategori small airport, tetapi sekarang sudah melayani lebih dari 9 juta penumpang per tahun.

Sebelum menjadi seperti sekarang ini, perjalanan sejarah Bandara Ngurah Rai melalui proses yang panjang. Dalam proses pembangunannya, melalui tahap-demi tahap yang cukup dramatis dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sejak jaman dahulu bandara ini telah berfungsi menjadi pintu gerbang Bali. Tahun 1959 bandara ini sudah melayani penerbangan ke Darwin, dan menjadi stepping stone bagi pesawat sebelum melanjutkan perjalanan jauhnya. Seiring dengan itu, perannya pintu gerbang wisata Bali dan Indonesia membuat Bandara Ngurah Rai harus terus memperbaiki dirinya.

MASA PEMERINTAHAN BELANDA

Sejarah panjang Bandara Ngurah Rai dimulai pada awal tahun 1935. Pada waktu itu sebuah pesawat Uiver DH 86 milik Imperial Airways melakukan percobaan pendaratan di Selatan Bali, di sebuah airstrip sepanjang 700 M, dimana 250 M diantaranya sudah diperkeras. Capt. Barnard dari Qantas Imperial Airways berhasil melakukan 3 kali pendaratan yang berhasil dengan baik. Pihak Imperial Airways bermaksud menggunakan airstrip di selatan Bali ini menjadi pangkalan untuk pesawatnya bermalam, sebelumnya melanjutkan penerbangan ke Makassar. Pada waktu itu pesawat mereka selalu mendarat dan bermalam di Rambang-Lombok, sebelum esok harinya melanjutkan penerbangan ke Makassar.

Tanggal 5 April 1935 Director of Civil Aviation Department Verkeer en Waterstaat A.M. Harthoorn mengirim surat kepada Manager Qantas Imperial Airways Ltd di Singapura yang isinya antara lain:

“The landing ground of South Bali is suitable for DH 86 class of aircraft. The “Uiver” has also made a three a good landing. And beginning next month this landing ground will be used regularly by the KNILM for this service to Makassar”

Imperial Airways meminta agar kalau dapat airstrip itu diperbaiki, diperkeras dan diberi fasilitas hubungan komunikasi dengan Surabaya. Pihak pemerintah Belanda tidak segera bereaksi, kemudian Imperial Airways menanyakan lagi apakah pemerintah Hindia Belanda KNILM akan meminta Pihak Imperial Airways membiayainya perbaikan itu? Pemerintah KNILM (Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtvaart Maatschappij) Belanda pada waktu itu, sempat menolak pembangunan airstrip di selatan Bali itu, barangkali karena biayanya yang tidak sedikit.

Setelah Belanda meninggalkan Indonesia, Pemerintah Jepang kemudian memperbaiki landasan rumput yang semula 700 M diperkeras dan dan diperpanjang menjadi 1200 M dengan system Pear Steel Plate (PSP).

AWAL PEMERINTAHAN INDONESIA

Presiden Soekarno tercatat mendarat di Pelabuhan Udara Tuban pada tahun 1955 dengan pesawat Dakota DC-3. Sejak tahun 1959 Pelabuhan Udara Tuban sudah disinggahi penerbangan internasional, antara lain Scandinavian Airlines System dan Qantas. Pelabuhan Udara Tuban pada waktu itu sudah mampu didarati pesawat Convair tipe 240.

Barangkali karena sering ke Bali, atau karena pertimbangan kepentingan internasional Presiden Soekarno memberi prioritas tinggi bagi pembangunan pelabuhan udara Tuban. Perbaikan dan pengembangan pelabuhan udara Tuban pun dimulai. Proyek Pelabuhan Udara Tuban ini dimulai pada tahun 1963, dengan membangun landasaan baru sepanjang 2700 meter, sedangkan landasan lama dialih-fungsikan menjadi parallel taxiway.

Dua runway Pelabuhan Udara Ngurah Rai

Jadi pada waktu itu, seakan-akan ada 2 runway. Ada kisah tersendiri tentang ini. Konon pesawat Direktur Utama Pertamina Ibnu Sutowo, pernah salah mendarat di runway yang sedang dibangun dan bukan di runway lama, yang sekarang menjadi taxiway.

Proses pembangunan ini pada waktu itu pasti dapat dikatakan sangat ambisius. Bagaimana tidak? Untuk membuat landasan baru terpaksa harus menimbun laut sejauh 1500M. Jadi runway baru ini menjorok ke laut sejauh 1000 M. Untuk ukuran jaman itu, proyek ini pasti terhitung luar biasa, menimbun laut sejauh 1 kilometer. Bukan main!

Pembuatan landasan baru dilaksanalan dengan mengurug laut dengan batu kapur yang diambil dari bukit Jimbaran. Proses pengambilan batu dilakukan dengan meledakkan bukit kapur dengan dinamit. Jika ingin mendapatkan baru besar, maka jarak dinamit yang satu dengan lainnya dibuat agak jarang. Batu-batu kapur yang diperoleh dengan cara ini besarnya cukup untuk diangkut dengan satu truk. Besar sekali! Sedangkan jika ingin mendapat batu yang agak kecil, maka jarak antar dinamit diperpendek. Konon petugas yang meledakkan bukit hanya boleh bekerja 6 bulan. Jika lebih dikhawatirkan pendengarannya akan rusak. Batu-batu itu kemudian diangkut dengan truk-truk besar. Batu yang kecil-kecil diangkut dengan sistem kereta gantung (rope way). Proses ini berlangsung terus menerus, hampir tanpa berhenti.

Tuban Airport

Sedangkan batu untuk pondasi diambil dari Sungai Antasari di Tabanan. Untuk mempercepat proses sengaja dibuat jembatan khusus di sungai ini untuk memudahkan pengumpulan dan mengangkut batu-batu itu ke Tuban.

Pada waktu itu proyek pembangunan Monas juga sedang berlangsung. Dan untuk mempercepat penyelesaian pembangunan pelabuhan udara, Menteri PUTL Ir. Sutami sempat meminjam satu buah mesin asphalt mixing plant barber-greene type A6 yang pada saat itu sedang digunakan untuk membangun Monumen Nasional di Jakarta.

Bandara Internasional Ngurah Rai

Tanggal 1 Agustus 1969, Presiden Soeharto meresmikan Pelabuhan Udara Internasional Tuban dan mengganti namanya menjadi Pelabuhan Udara Internasional Ngurah Rai. Jadi, sebenarnya hari lahir Bandara Internasional Ngurah Rai adalah tanggal 1 Agustus 1969. Inilah hari lahir yang seyogyanya diperingati setiap tahunnya. Jadi pada tanggal 1 Agustus 2010 nanti, Bandara Internasional Ngurah Rai

Malaysia-Singapore Airline

akan memperingati hari jadinya yang ke 41.

11 Oktober 1980 menjadi Perum Angkasa Pura. Serah terima pengelolaan dilakukan oleh Dirjen Perhubungan Udara Soegiri, kepada Hari Soebagyo, Direktur Utama Perum Angkasa Pura pada waktu itu. Seiring dengan itu, mulai sejak itu bandara ini dikelola dengan lebih professional. Selain service oriented, pebgelolaannya mulai mengarah menjadi profit oriented.

Kemudian pada tahun 1985 Menteri Perhubungan mengeluarkan SK Nomor 213/HK.20.7/Phb-85 mengubah sebutan pelabuhan udara menjadi bandar udara. Dan sejak itu, sebutan Pelabuhan Udara Internasional Ngurah Rai menjadi Bandara Udara Internasional Ngurah Rai. Oleh karenanya sejak itu bandara ini sering disebut dalam bahasa Inggris sebagai Bali International Airport “Ngurah Rai”.

Seiring dengan perjalanan waktu pemerintah mengubah status Perum menjadi Persero melalui PP Nomor 5 tahun 1992. Dan terhitung mulai tanggal 2 Januari 1993 Perum Angkasa Pura I berubah menjadi PT. (Persero) Angkasa Pura I.

Pengembangan Bandara

Bandara ini terus berkembang dan berbenah diri. Dengan luasnya yang hanya 285 hektar, sudah melayani 9 juta penumpang per tahun. Jika dibandingkan, Bandara Ngurah Rai melayani hampir 2 kali dengan bandara sekelasnya di luar negeri seperti : Phuket-Thailand, Gold Coast Airport-Australia, Senai-Johor Bahru.

Menyadari bahwa pertumbuhan penumpang begitu padat, maka manajemen PT. Angkasa Pura I kemudian bermaksud mengembangkan bandara ini agar dapat melayani lebih banyak penumpang. Terminal domestik yang saat ini kapasitasnya hanya mampu melayani 1,5 juta penumpang per tahun, sudah melayani 4,5 juta penumpang per tahun. Terminal domestik ini yang luasnya sekarang hanya 15.000 M2 akan dikembangkan menjadi 120.000 M2, dan diubah fungsinya menjadi terminal internasional. Sedangkan terminal internasional yang ada sekarang akan dialih-fungsikan menjadi terminal domestik. Untuk mebangun fasilitas baru ini diperkirakan akan menelan biaya Rp. 1,7 Trilyun rupiah

Semua ceritera diatas akan diuraikan dengan lebih lengkap beserta gambar-gambarnya, dalam sebuah buku yang akan diluncurkan pada akhir Pebruari 2010 ini. Bagi yang berminat dapat menghubungi Humas Bandara Ngurah Rai Sdr. M. Dimyati di: dimy.bali@gmail.com. Mengingat persediaan terbatas, maka buku tersebut akan diberikan kepada 46 (empat puluh enam) orang yang terpilih.

Jadi? Tunggu apa lagi?


Responses

  1. Bagus narasi & ilustrasinya….saya dengar bandara Ngurah rai mau diperluas dari kondisi skrg..apa benar? kapan dimulai pembangunannya? Yg mengadakan tender siap….Angkasa Pura 1 or Dephub Dirjen Udara? Pekerjaannya apa bnyk Civil work atau juga banyak bid.mechanical Electric,System,IT,GSE??
    balas ya …makasih atas perhatiannya
    Salam,semoga sukses slalu
    Arf

  2. Hallo Pak Heru,
    Asik juga punya blog sendiri. Apalagi bisa link langsung dari website AP-1 ; itu kan suatu privalage yang hebat he he he

    Pengalaman saya dgn Bandara Ng Rai sdh ada sejak proyek tahap 1 yg dikerjakan oleh Takenaka ; dgn tugas instalasi 4 unit garbarata ; jadi aku sdh kenal bandara ini luar dalam. Waktu mengerjakan Bandara Hasanuddin malah pak Heru yg mengawal tendernya.
    Salam dan semoga pak Heru diberkahi kesehatan yang baik

  3. You are not right. I am assured. I can prove it. Write to me in PM, we will communicate.

  4. salam kenal pak, saya mahasiswa dari politeknik negeri bali. melihat ilustrasi bapak, saya sungguh terkesan.
    saya juga mempunyai pertanyaan tentang bandara ngurah rai. semoga bapak bisa membantu saya menemukan jawabannya.
    Pertanyaannya, kenapa bandara ngurah rai di Bali dipakai sebagai angkasa pura 1, kenapa bukan bandara soekarno hatta yang ada di jakarta?

    untuk memudahkan memberikan jawaban saya terakan contact saya:
    081933092164

    • Mas Dedik … bisa liat di websitenya Ngurah Rai. Pertanyaan bisa berkembang lebih jauh. Angkasa Pura I mengelola 13 bandara di Bagian Tengah dan Timur Indonesia. Sedangkan di barat dikelola oleh PT. Angkasa Pura II … liat juga dci websitenya Angkasa Pura …


Leave a comment

Categories